Kata Orang

Surga bisa ada di rumah
Rejeki besok sudah ada yang mengatur
Jangan bunuh diri, nanti masuk neraka

Apalagi yang orang bilang?
Yang harus aku dengar?
Yang harus aku pura-pura harus iyakan?

Kadang, kotak yang aku tempati ini mengecil
Menyempit

Aku rindu teman-teman konyolku
Candaan mereka
Marahnya mereka

Di kotak sempit ini, tidak ada mereka
Tidak ada keluarga
Aku cuma berteman dengan Marah
Dan itu tidak menyenangkan
Karena marah nanti mengajak temannya
yang namanya Kecewa
Lalu mereka berdua mengajak si Sedih
Kami berempat di dalam kotak yang terus menyempit
Heran, tidak mau ada yang ke luar

Banyak hari dimana aku diam di kotak itu
Berempat hidup di kotak sempit, ke mana-mana berempat sampai tidak ada yang bisa masuk

Aku Muslim. Jadi, aku ikut-ikutan puasa
Cuma hal itu yang Marah, Kecewa, dan Sedih tidak pernah cemooh
Sampai akhirnya aku dengar adzan Magrib
Kenapa hari ini terdengar lebih indah?
Oh, mungkin karena aku puasa
Aku teguk segelas es teh manis

Tetiba kotak yang kecil itu membesar
Mendatangkan segerombol pendatang yang dulu tidak pernah ada
Katanya namaya Maaf, Ikhlas, dan Sabar
Aku diam sejenak
Maaf, Ikhlas, Sabar, kata mereka
Aku masih diam
Maaf
Ikhlas
Sabar

Lalu kotak di mana aku tinggal, kembali membesar
Oh, ternyata membesar karena Marah, Kecewa, dan Sedih sudah pergi

Aku meneguk es teh manis lagi
Lalu menangis
Menangis sepanjang adzan Magrib
Lega karena tempat tinggalku meluas
Aku juga menangis, akhirnya punya teman baik
Aku peluk Maaf, Ikhlas, dan Sabar
Senang akhirnya mereka kembali
Teman lamaku, ternyata
Tapi hampir aku lupa karena tahunan sudah aku berganti kawan

Benar kata Ibu dulu,
Aku harus pilih teman karena mereka bisa jadi pengaruhi aku

Aku masih penasaran pada surga

Kata Ibu, hanya orang baik yang masuk ke sana

Aku masuk ke rumah Ibu
Ibu, apa di sini ada surga?
Ibu memeluk, menenangkanku
"Coba ciptakan surgamu sendiri".

Ini surgaku, Bu

Di pelukanmu
Berteman dengan Maaf, Ikhlas, dan Sabar

Ibu melepaskan pelukannya
Dia mengambil foto pernikahanku dan foto anak-anakku, menyuruhku pulang

Aku menangis
Maaf, Ikhlas, dan Sabar yang kali ini memeluk, menenangkanku

Aku lihat Ayah tersenyum di belakang,
memegang pundak Ibu

Aku tahu aku harus pulang
Membangun surgaku kembali

An Escape

Aku mau pergi
Secepat buih di laut
Tapi tidak kembali

Tidak apa, aku runtuh
Habis luluh seperti istana pasir
yang diterjang ombak ganas

Biar, tak bersisa
Tidak lagi ada

Aku mau
hilang saja

Aku tidak mau menjadi siklus
Seperti hujan
Yang datang, pergi, lalu ada kembali
Bersiap untuk pergi lagi
Memberi kehidupan, memberi kesempatan

Aku mau mati
Hilang
Karam

Tapi tidak ada yang bisa menelanku
Tidak ada yang mau binasakan aku

Akhirnya, lagi
Sajadah itu
Tempat hilangku
Tempat tenggelamku

Sayangnya, pagi nanti aku kembali

Start

Baby. Life is not a party. Neither a one night stand. Life is forever. And forever means it's us. It is you. It is me. Colliding in one galaxy. Among stars. In the middle of solid rocks. Between moons and planets. We are tired of being alone. We are tired of being together. We are too tired of taking care of each other.
So go, have some parties. Never ending ones. Forever without me.
So go. Forever it's you and not me. Just go. Let things go wrong. Let things misplaced. Let things broken.
For stars are made to be dead and mended.

Running



It was you
And will always be you
The journey
Also the destination
The panic
Also the terrific
The breathe
Both in and out
The waves
Both raging and calm

You've always been the reason
I stand still
Make my mark
Go away and never look back
Because we're different
From the time we've started this
Because now we're childish grown ups
Who argue over what's for dinner and what to watch

You'll be the journey still
Your arms and hugs are my forever destination
I hate you
I love you the most
We are all we've ever needed
So let's live
Let's argue
Let's yell to each other
Because we know deep down
Those silly arguments
Will never erase
The love we put
On its throne
Safely
Untouched
Until the very end of our breathe

Our Shoes

Put me in your shoes. I want to know. I am dying to know what you have there. How you feel about it. How you deal with the uncomfortable soles.
Fit me in your shoes. Let me see the real size of your feet. Let me witness how far they have taken you through bumpy road of life. Let me acknowledge how deep they have buried your mind which affects your point of view.
Oh. And your mind. Let me fumble the shallowness of your mind.
Ouch. That point of view. What can I say about it.
A great dissapointment on the surface has now gone deeper and deeper to the consequence of explosion.
What a waste. What a waste of time and energy I have put to this all of this time.
What a disaster.

Your mouth. Is much comfortable.
Than your shoes.
Swallow me.
Shut the fuck up.
And fit my shoes.

Kicau

Sampai dimana
batas lelah
bisa menempuh,
arungi derap napasmu
yang keburu penuh
dengan rasa rindu
tapi kenyataan
akan penganiayaan
selama ini
ternyata lebih berat dari
tujuh lapis langit
tapi tidak pernah
tujuh lapis bumi
?

Rumah

Aku akan terus kembali
Dimana canda tawamu penuhi ruang tamu kita
Dimana aromamu sesaki tempat tidur kita
Dimana cahaya matamu silaukan pagiku
Dimana air matamu sembunyi di balik baju

Aku akan terus kembali
Pada tiap titik dirimu
Yang juga aku
Yang ada darahku disitu
Yang ada lesung pipitku
Rambut lurus ku

Di peluk eratmu,
Surga mendekapku

Menggertak

Setan berkerak
Sudah lama sekali
Sampai dia beranak bini
Sampai aki dan nini disini

Butuh waktu lama
Untuk terus menghentak
Teriak
Bergerak

Harus sabar
Biar dia terkapar lapar

Selingkuh

Entah dengan siapa
Nanti aku berbagi sepi
Mungkin dengan awan,
atau dengan api
Atau dengan kamu yang juga sedang dirundung sepi
Maukah kamu berbagi sendu bersamaku disini?
Bersama amarah yang keburu patah dimakan gigi berduri
Bersama kecewa yang keburu dihempas oleh dia punya istri

Maukah kamu berbagi sepi?
Dengan nyawaku yang kian hari habis diterkam mimpi

Guilty Pleasure

How beautiful is the thing you think is not? Just because it remains mysterious, untouched, unspoken.
All words you have imagined, planned to be vomitted, vanished against all the beauty it shaped because the barrier that kept it forbidden to be reached.
How come a very simple, boring thing became unusual part of your curiousity just because the distance it held between you and your itchiness of knowing what it is, how will it be, what would have happened if I could...? And in a second your head was filled by nothing but what if..

What if...
I never stepped outside and let it be mystery. Let it be untouched.
Maybe. It wouldn't be like death after death handling the battle between the beasts or so..

Let the what if stays untouched.
So I can say more goodnight to whom my what if meant to.

Law

Tell me which law you are living in.
That is able to say I am wrong.
Which is not strong enought to proove I am right.

What if your law is against mine?
That in my version, I am able to choose what I should do first in my endless, ever-changing, to-do list.
That in MY version, I cannot do anything under someone's stressed words.

Which part of YOUR law allowed you to chant frenzy mantra that makes me dizzy to finish my chores?
In MY law, you are confirmed as villain with Angel's face.
Good luck to you. But my law doesn't allow me to pay attention to such beast.

Mental

Tidak ada kata sayang
Dan pembuktian
Yang paling dalam
Dari :

Sabarmu atas keras kepalaku
Maklumku atas lempar batu sembunyi tangan mu
Helaan napas dalamku atas berlikunya jalan pikiranmu
Mengalahnya mu atas keegoisanku

Hubungan kita itu romantis, Sayang
Percaya
Nanti
Kita akan tertawa di atas semua latihan ini

Reffrain

We have spent hours
Talking about us

We have been through thousand miles
Talking about us

Yes
I'm all yours to mend
I'm all yours to mend
I'm all yours to mend
I'm all yours to mend...

(new song lyrics, still haven't figured out the rest)

Sembilan

Gerak, melingkar, membolak, membalik
Bagaimana bisa
Aku lupa
Mengucap syukur di setiap kedipan mata

Karena kamu selalu ada untuk mengingatkan
Dia ada, di setiap hela napas kita