Demonstrasi



Dan rasanya, membangkang itu bagai bebas dari jerat. Bagai lepas dari borgol yang mengikat.
Tanpa paksaan, tanpa permintaan, membangkang itu kesenangan.
Tidak berbekas, tidak berwujud tapi aku ketagihan.
Pembangkangan itu bagai sulut api yang siap membakar wajahmu yang hina.
Aku sulut api yang siap membunuhmu, mengobarkan api amarahku tepat di wajahmu.
Tepat membumi-hanguskan ego anjingmu.
Membuat abu keluh-kesah keparatmu.

Dan rasanya mati rasa, saat bernapas cepat menahan napsuku
untuk menampar kembali semua janji yang diucap dalam bisu,
untuk melontarkan lagi uap mendidih toleransiku
atas ke-anjinganmu
atas ke-membabi-butaanmu atas aku
yang tidak mau tahu
bagaimanapun
pembangkangan harus hidup
di atas penindasan atas mimpi, angan, dan pengharapan.

Tidak ada cinta yang hina.
Aku yang membuatnya.

No comments: