Hati



Kalau seandainya saya punya hati cadangan, mungkin saya akan memakaikannya di tubuh saya saat saya bersamamu. Memberikan hati cadangan yang tidak penuh dengan kata-kata kasar, tidak penuh dengan makian, tidak penuh dengan keinginan saya untuk dituruti.

Seandainya hati cadangan itu memang ada, saya akui saya akan lebih senang karena hati cadangan itu bekerja sesuai mesin yang memenuhi keinginan kamu, yang bisa membuat hubungan kita berjalan lancar karena semua keinginan berjalan sesuai kemauan kamu.

Jika hati cadangan itu hadir dalam hubungan kita, bisa jadi semuanya akan lebih baik karena saya akan menjadi orang tanpa emosi, tanpa keinginan untuk dimengerti, tanpa keinginan untuk menampar keegoisan kamu yang seperti anjing kelaparan, tanpa keinginan untuk membenturkan kepalamu yang keras ke batu karang. Kamu tidak akan terluka, hatimu terbuat dari baja. Baja itu melapisi tubuhmu, karena itu kamu memang harus berdarah.

Tapi, tidak pernah ada kata selamat datang untuk hati cadangan.
Pada akhirnya, hati saya-lah yang berdarah-darah.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana bisa hati kamu berdarah, kalau kamu hanya membenturkan hati saya? Kalau saya tidak pernah cukup dalam menusuk hati kamu, entah dengan kata-kata saya atau dengan sikap sok benar saya.

Kalau saja hati kamu memang bisa berdarah, buktikan di depan saya, dengan anak panah di sekujur tubuhmu, dengan luka bakar di sekitar hatimu, dengan kata-kata halus.
Kalau memang hati kamu belum cukup berdarah, selamat tinggal adalah kata-kata yang saya akan ucapkan selanjutnya.

Dan hati cadangan itu, memang tidak pernah ada.

1 comment:

led lights said...

nice posting keep blogging,