Dalam


Patah hati itu.
Seperti serpihan kaca.
Tak terasa.
Tapi terus bertambah,
bertebaran,
belarakan di atas lantai hatiku yang berubah ungu.

Patah hati itu.
Seperti membawa bangkai busuk kemana-mana.
Orang tahu.
Saya cemburu.

Patah hati itu.
Saat diduakan.
Barang,
pakaian,
uang.

Sampai saat ini.
Cuma satu bentuknya, yang paling jelas.
Yang selalu saya ingat.
Yang sebenarnya mungkin bisa saya hindari.

Patah hati itu.
Tahu kamu sedang ciuman disana.
Saya
mengetik dengan air mata.

No comments: