New Dress In My Closet



Saya tidak tahu itu terusan punya siapa. Pagi hari sudah ada di dalam lemari baju saya.
Warnanya merah menyala. Seperti perhatian kamu yang tidak henti-hentinya pada saya.

Pagi hari sudah ada 5 pesan singkat. 2 panggilan yang tidak terjawab.

Saya seperti sedang mabuk tanpa alkohol. Tanpa obat-obatan. Tanpa ganja. Tanpa suntikan apapun seperti di film 'Trainspotting'.

Saya membuka lemari setiap hari. Terusan itu tetap ada di lemari. Tidak tahu punya siapa. Tiba-tiba ada disana.


Perlahan warna merahnya memudar.

Tidak ada balasan pesan singkat pagi-pagi. Tidak lagi ada klakson mobil di malam hari. Tidak lagi ada panggilan tak terjawab. Yang ada, telepon dari saya tidak diangkat-angkat.

Perlahan, warna merahnya memudar.
Pindah, berpendar ke langit-langit mulut saya yang tercekat akan bentakan kamu yang tiba-tiba, bantingan pintu kamar saat lampu masih menyala, sengaja membangunkan saya, menyuruh saya pulang ke rumah.

Warna merahnya pindah.
Ke luka dalam mata, yang menahan tangis dan kecewa-kecewa.
Pindah ke dalam nafas yang dengan berat hati membiarkan kamu menelan kenyataan.

Warna merahnya pindah ke amarah suara saya yang bergetar.
Saat semua perhatian cuma kamu anggap bualan dan candaan.

Terusan itu tiba-tiba bilang,
"Coba pakai".

Aku berkaca.

Mirip sekali aku dengan mantan istrimu.

No comments: