Dendam

Di bawah sinar bulan aku ditikam napsu
Untuk menghabisimu besok pagi
Dengan makian sinis, sadis, supaya kamu dipecat dan berhenti menindas kawan-kawanku

Di atas tanah basah aku serius menatap langit
Yang kelam menghitam lalu menangis perlahan
Aku yang penuh napsu meracau mencaci otak busuk dan akal pendekmu

Sampai tiba waktunya pagi
Setelah tidur lelap karena bermimpi membunuhmu
Aku melahap jam beker dan deringannya yang nyaring
Bergegas dengan sigap, menuju tempat dimana kamu duduk manis di ruangan penuh dokumen, ruangan sejuk nyaman sementara kami berkeringat kehausan

Setiba melihat wajahmu
Saya terpana
Betapa saya tahu saya tidak usah melakukan apa-apa

Di dahimu terpampang jelas
Tanggal kematian yang menjemput semua kebiadabanmu
Yang mencairkan kebekuan semua kebodohanmu



Embun

Dan semua tangis buah kesabaran itu..
Nanti bermuara dimana?

Diam

Aku diselimuti napsu
Yang terbendung dari kepala sampai kakiku

Melenting, membesar
Siap dilontar ke lidah penuh tipu daya milikmu

Kamu diselimuti napsu
Yang keluar dari pori kulit berkeringatmu
Sudah terlontar, meracau kacau membludak di depan mukaku

Kita ini apa?
Kalau cuma bisa ikuti hingar bingar amarah tanpa mau meredam, mengalah

Aku itu apa?
Kalau cuma bisa membendung napsu tapi menanam dendam pada orang-orang

Kamu itu..
Ah, aku tak mau lanjut bicara
Biar kamu berjaca saja pada kesulitan hidup yang melilit leher, menusuk perut pembualmu